Minggu, 07 November 2010
TOLONG MEREKA
KUNJUNGAN PRESIDEN: Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono (dua kanan), bersama Ibu Ani Yudhoyono (kanan) di barak pengungsian di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Minggu (7/11). Preseiden SBY meminta agar pengungsi sabar pada situasi serba darurat hingga menunggu Merapi kembali pulih seperti semula.
Jakarta (SIB)
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta agar semua pihak fokus pada tugas masing-masing dalam penanggulangan bencana Merapi. SBY pun memerintahkan agar para pejabat lebih sering berada di lapangan daripada sering-sering menemui dirinya.
“Jangan sering bertemu saya kalau bertugas, tapi banyaklah bertugas di lapangan. Saya bisa mandiri bersama tim saya dan semua harus fokus pada tugasnya,” ujar SBY dalam pembukaan rapat kabinet terbatas dengan agenda mendengarkan laporan dari BNPB atas pelaksanaan kegiatan tanggap darurat, di Gedung Agung, Jl Malioboro, Yogyakarta, Sabtu (6/11).
Menurut SBY, semua pihak harus bekerja keras menangani bencana ini. Jangan hanya sibuk memberikan usul, kritik atau sibuk menggelar talkshow.
“Itu tidak akan menyelesaikan masalah jika semua tidak berkontribusi. Oleh karena itu jajaran BNPB, Pemda, Gubernur, Bupati, Walikota dan semua pihak harus menjalankan tugasnya sekuat tenaga,” tegasnya. Menurut SBY, dirinya memilih untuk berada di Yogyakarta untuk menangani hal ini. Selain agar memangkas jalur birokrasi, SBY pun ingin merasakan langsung penderitaan yang dialami rakyatnya.
“Saya tidak akan menambah instruksi lain kecuali memastikan apa yang telah saya perintahkan sebelumnya. Baik di nasional maupun di daerah apakah sungguh dilaksanakan,” terang dia.
Menurutnya, ada beberapa instruksi yang sudah dilakukan. Ada yang sedang dilakukan dan ada yang masih membutuhkan waktu untuk diselesaikan. SBY mengaku memaklumi kendala di lapangan.
“Saya sungguh mengerti karena begitulah penanganan bencana,” ujar SBY.
Pengungsi di magelang membengkak 60 ribu, Terancam Kelaparan
Letusan gunung Merapi menyebabkan jumlah pengungsi di Magelang membengkak mencapai 60 ribu. Akibatnya muncul banyak barak atau tempat pengungsian ‘dadakan’ di beberapa kantong pengungsian sehingga pengungsi terancam kelaparan. Ironisnya, barak dadakan ini tidak masuk data, mengakibatkan ratusan pengungsi di beberapa kantong pengungsian terancam kelaparan karena tidak mendapat jatah logistik dari pemerintah atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Jateng.
Fakta itu muncul Sabtu (6/11) saat rombongan DPR Komisi VIII melakukan sidak dalam rangka orientasi lapangan untuk persiapan kerja pembentukan posko penanggulangan bencana Merapi Jateng dan Yogyakarta. Sebanyak 500 pengungsi di SMK Marsudirini di Jl Sleko, Kecamatan Muntilan, sampai saat ini tidak masuk daftar pengungsian. Di pengungsian yang berada di radius 18 kilometer ini banyak kebutuhan yang belum terpenuhi di antaranya selimut, air, alas tidur dan alat bermain untuk anak. Bahkan ada seorang ibu-ibu manula dan balita dalam kondisi sakit belum mendapatkan pelayanan dan perawatan kesehatan.
“Tak seharusnya ada diskriminasi pengungsi yang terdata dan pengungsi yang tidak terdata. Kondisinya darurat, jangan membeda-bedakan. Kasihan, kalau pengungsi mati bagaimana?” kata Ketua Komisi VIII DPR, Abdul Kadir Karding kepada detikcom di sela-sela kedatangannya di tempat pengungsian ‘dadakan’ itu.
Derita yang dirasakan pengungsi langsung diluapkan oleh empat orang ibu-ibu manula dengan tangisan saat Abdul Kadir Karding, Ina Amania (Fraksi PDI-P) dan Oheo Sinapoi (F-Golkar) mengajak dialog mereka. Suasana ini membuat ketua dan anggota DPR itu mengelus dada dan menggeleng-gelengkan kepala.”Saya akan memastikan ke pemerintah untuk menjamin logistik mereka, terutama barak yang tidak terdata. Kalau belum terdaftar ya didaftar jangan sampai muncul istilah ‘pengungsian liar’. Itu tidak betul!” tegas Karding.
Anggota Komisi VIII DPR RI Oheo Sinapoi memastikan, keberadaan pengungsi di barak ‘dadakan’ ini tidak terpantau. Pasalnya, kantong pengungsian di SMK Marsudirini itu berada di radius 17 km. “Masak jarak aman radius minimal 20 kilometer. Posko ini ada di radius 17 km. Ini kan sudah tidak terpantau oleh BNPB dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD),” kata Oheo. Oheo menegaskan, perlu adanya pemantauan yang jeli yang dilakukan BNPB, terutama masalah jaminan keamanan para pengungsi. “Tidak hanya satu dua nyawa saja yang harus diselamatkan, tapi pengungsi sudah mencapai ribuan,” imbuh Ohio. Kondisi serupa juga terjadi di pengungsian di Aula Darul Arqom, Aisyiyah-Muhammadiyah di Desa Kendal Growong, Kecamatan Muntilan, Magelang. Di pengungsian itu, sebanyak 450 orang mengungsi di radius 22 km dari puncak Merapi.
Ratusan pengungsi dari Desa Banyudono itu juga terancam kelaparan karena tidak masuk dan terdaftar didata pengungsian BNPB atau BPBD Jateng. Widoyo(42) Kepala Dusun Surobandan, Desa Banyudono, sekaligus koordinator pengungsian menyatakan sudah selama tiga hari ini pengungsi sama sekali tidak mendapat logistik dari pemerintah.
“Kita makan biasanya sehari sekali dari sumbangan dari warga sekitar yang peduli dengan keberadaan pengungsi di aula ini,” kata Widoyo. Selain itu, di pengungsian ini tidak ada dapur umum dan logistik yang tersedia yang merupakan jatah dari pemerintah melalui BNPB atau BPBD. Keberadaan 3 mandi cuci kakus (MCK)-nya pun tidak seimbang dengan jumlah pengungsi.
Pengungsi Merapi Butuh Selimut, Perlengkapan Bayi & Baju Dalam
Pengungsi Merapi masih membutuhkan bantuan. Kebutuhan yang masih belum terpenuhi adalah selimut, makanan dan perlengkapan bayi serta pakaian dalam wanita.
Seperti di posko pengungsi DPRD Klaten, barang-barang tersebut sangat dibutuhkan.
“Di sini sangat dibutuhkan popok, vitamin, perlengkapan bayi, dan pakaian dalam wanita,” ujar petugas medis Posko Menwa di DPRD Klaten, Arum, kepada detikcom, Minggu (7/11).
Arum menambahkan selain barang-barang tersebut juga dibutuhkan sabun cuci baju dan sandal jepit.Dia menambahkan jumlah pengungsi di Posko tersebut 5.700 orang. Mereka adalah warga lereng Gunung Merapi dari Tegalmulyo dan Gempol.
“Dibutuhkan juga baju untuk anak usia 0-5 tahun. Jumlah bayi dan balita di sini ada 375,” terang dia. Sementara itu ratusan pengungsi yang berlokasi di depan Masjid Hidayatulloh, Mungkid, Magelang, juga terpaksa menahan dingin. Ada 115 kepala keluarga di posko ini. Namun selimut yang tersedia hanya 40 buah.
Pengungsi Merapi di Gelanggang UGM Mengeluh Pusing & Sakit Mata
Sekitar 550 orang pengungsi memadati area lapangan serbaguna yang ada di Gelanggang Mahasiswa UGM, Bulaksumur, Sleman, DIY. Para pengungsi ini mulai mengeluhkan pusing dan sakit mata.
Dari informasi yang dihimpun detikcom, data jumlah pengungsi di Gelanggang Mahasiswa tercatat sebanyak 550 orang. Para pengungsi ini sebagian besar berasal dari posko pengungsian Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Menurut pos kesehatan di posko ini, sebagian pengungsi mengeluhkan sakit mata dan pusing-pusing. “Sejauh ini sudah ada 20 orang memeriksakan kesehatan. Kebanyakan usia 50 tahun ke atas dan mayoritas ibu-ibu. Mereka mengeluhkan pusing dan sakit mata,” ujar salah seorang petugas pos kesehatan, Santi.
Selain itu, ada dua orang anak yang menderita sakit panas. Mereka adalah seorang anak laki-laki berusia 10 tahun dan perempuan berusia 7 tahun.
Demi kenyamanan, ruangan untuk para pengungsi dibagi menjadi dua. Pertama, ruangan umum yang menempati sisi gelanggang sebelah selatan. Kedua, ruangan khusus untuk lansia, anak balita, ibu hamil dan orang sakit berada di sisi gelanggang sebelah utara.
Pantauan detikcom, ratusan pengungsi ini belum tampak memadati area Gelanggang Mahasiswa UGM. Mereka tampak duduk-duduk di atas tikar.
Sedangkan kondisi di luar posko, terpantau hujan abu sudah tak lagi turun. Namun angin yang lumayan kencang membuat abu setebal 1,5 cm berterbangan dan mengganggu pernapasan warga.
Sementara itu, menurut informasi dari seorang petugas di posko, jika posko pengungsian di Gelanggang Mahasiswa UGM ini sudah penuh oleh pengungsi, maka sebagian akan dipindah ke Gedung Purna Budaya (Pusat Kebudayaan Prof Koesnadi), yang terletak sekitar 500 meter di utara gelanggang. (detikcom/ r)
Diposting oleh
dik @lief
di
22.38
Kirimkan Ini lewat Email
BlogThis!
Bagikan ke X
Berbagi ke Facebook
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar